SINERGITAS
VISI DALAM PENGUATAN KURIKULUM PTKIN
(Kaijan
tentang Kurikulum UIN SGD Bandung)
Oleh: Pepen
Supendi
Berdasarkan
kurikulum UIN SGD Bandung, output dan outcome lulusannya didesain
untuk memenuhi seluruh persyaratan atau komponen kurikulum UIN SGD Bandung. Pada
tingkat dokumen, kurikulum UIN SGD Bandung yang ada sekarang telah mengandung
visi, misi, tujuan, substansi kajian, mata kuliah, silabus, RPS, dan instrumen
evaluasi (baik evaluasi pembelajaran maupun evaluasi kurikulum). Sedangkan,
pada tingkat implementasi, kurikulum UIN SGD Bandung sedang peningkatan
implementasi menuju perbaikan dan pencapaian kualitas ideal (unggul dan
kompetitif) dengan mempertimbangkan kemampuan, SDM, serta dinamika internal dan
eksternal.
Secara
implisit, kurikulum UIN SGD Bandung memberikan ruang bagi empat unsur pokok,
yaitu: (1) penanaman nilai-nilai keislaman; (2) pengembangan dan tranformasi
IPTEKS; (3) pengembangan profesionalisme dan kompetensi; serta (4) kesesuaian
dengan kebutuhan pasar. Dari keempat unsur utama tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa kurikulum UIN SGD Bandung merupakan konvergensi dari eempat tipe
kurikulum, yaitu: (1) kurikulum berbasis nilai, yang berorientasi pada
penanaman nilai; (2) kurikulum subjek akademis, yang berorientasi pada pengembangan
dan tranformasi IPTEKS, (3) KBK (kurikulum berbasis kompetensi), yang
berorientasi pada pengembangan kompetensi dan profesionalisme; dan (4) kurikulum
berbasis kebutuhan pasar atau KKNI, yang berorientasi pada untuk memenuhi
kebutuhan pasar atau dunia kerja.
Hasil
konvergensi atau peramuan dari keempat tipe kurikulum di atas, nampaknya belum
menemukan hasil final atau titik akhir, baik dalam bentuk maupun dalam
implementasinya. Oleh karena itu, kurikulum UIN SGD Bandung akan terus
berdinamika dan berdialektika menuju INOVASI dan penyempurnaan. Namun, apapun
namanya dari bentuk kurikulum UIN SGD Bandung yang ada pada saat ini, ada yang
perlu diketahui bahwa: (1) kurikulum terus diupayakan diinovasi dan
dikembangkan serta semuanya diorientasikan untuk menjadikan UIN SGD Bandung, sebagai
institusi yang unggul dan kompetitif dalam berbagai kajian baik di tingkat
lokal, regional, nasional dan internasional; (2) mencetak sarjana (output)
yang memiliki keunggulan akhlak karimah, kompetitif dalam profesionalisme (di
dunia kerja), memiliki intelektualitas yang unggul, mandiri, inovatif, kreatif,
dan berwawasan ke masa depan dalam menyongsong era MEA.
Dari
gambaran kurikulum di atas, tersirat bahwa salah satu unsur utama dalam bentuk
kurikulum UIN SGD Bandung ialah upaya penanaman nilai ke-Islaman, sehingga
salah satu standar bagi output alumnipun yaitu memiliki keunggulan
akhlak karimah, selain unggul dan kompetitif dalam bidang profesionalisme dan
intelektualisme sesuai dengan kaijan prodi masing-masing. Keunggulan dalam
bidang akhlak ini bagi civitas akademika UIN SGD Bandung mengacu pada paradigma
“WAHYU MEMANDU ILMU”. Lebih jauh lagi, sesuai dengan visi dan misi Kementerian
Agama RI dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, salah satu ciri pembeda dari
UIN SGD Bandung adalah seluruh proses implementasi kurikulumnya memberikan ruang
proporsional bagi penanaman nilai akhlak atau unggul dalam akhlak karimah. Keungglulan
dalam nilai atau akhlak karimah, nampaknya sudah menjadi kesepakatan bersama. Namun,
persoalan kemudian ialah bagaimana mendesain implementasi kurikulum, terutama
proses pembelajaran dan evaluasinya yang mampu menghasilkan mahasiswa yang
unggul dalam akhlak, selain juga harus kompetitif, profesional, mandiri dan
lainnya.
Setidaknya,
ada empat hal yang dapat dirumuskan dalam upaya keunggulan akhlak karimah,
yaitu: (1) mengorientasikan mata kuliah-mata kuliah yang kental dengan nuansa
agamanya, seperti metodologi studi Islam, al-Quran Hadis, Ushul Fiqh, Ilmu
Kalam, dan akhlak tasawuf dalam upaya pembentukan sikap dan perilaku “Islami”;
(2) memperkaya substansi kajian (materi RPS) dari mata kuliah-mata kuliah
berbasis program studi dengan materi-materi ke-Islaman; (3) menegakkan
aturan-aturan dalam semua kegiatan kemahasiswaan; dan (4) memperkaya perspektif
ke-Islaman dalam tambahan.
pisi dan misi yang sangat bagus namun tidak semua pisi dan misi itu bisa berjalan dengan lancar bagi para maha siswa yang menjalankannya bagai mana dengan pemula atau mahasiswa yang tadinya lulusan sekolah yang berbasis agama nya kurang seperti smk kejuruan atau sma walau pun tidak menutup kemungkinan orang yang lulusan sekolah yang berbasis agamanya kurang juga mampu melaksanakan nya walaupun demikian pasti agak sedikit kesulitan tuh dari segi belajar keagamaannya berbeda dengan mahasiswa yang tadinya bergelut di dunia pesantren ,atau sekolah yang berbasis agama nya tinggi adakah solusi, dan strategi untuk mengatasi permasalahan seperti itu. terimakasih di tunggu postingan berikutnya.
BalasHapus